Opini

Dabu-Dabu Kak Ulfa: Refleksi Antropologis & Gagasan Rebranding Pendidikan Karakter dalam Gerakan Pramuka Kota Gorontalo

Oleh: Husin Ali - Antropolog & Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Gorontalo

SENANDIKA.ID – Siang itu, langit Gorontalo dilumuri cahaya matahari yang panas dan berkilau. Namun di halaman Sanggar Pramuka Kota Gorontalo, semangat anak-anak muda justru menyala. Puluhan Pramuka Penegak dan Pandega sedang mengikuti Training Center (TC) menjelang Peran Saka Nasional 2025. Mereka adalah utusan dari Satuan Karya (Saka) di Kota Gorontalo: Bhayangkara, Bahari, Widya Budaya Bakti, Kencana, Wira Kartika, Pariwisata, POM, SAR, Bakti Husada, Wana Bakti, dan Kalpataru. Mereka dibimbing oleh para pelatih dan pembina, serta didampingi oleh Dewan Kerja Cabang (DKC) yang sabar dan setia.

Saya baru beberapa pekan terpilih sebagai Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kota Gorontalo. Hari itu, saya tidak sekadar datang, tetapi hadir melihat dari dekat giat Pramuka dari dekat setelah sekian lama tidak pernah menginjakkan kaki di sanggar penuh histori itu. Saya datang untuk belajar — kembali merasakan denyut kehidupan di lapangan, tempat semangat Pramuka sesungguhnya hidup dan berakar.
Seragam mereka tampak gagah: kemeja atau blus coklat muda, celana atau rok coklat tua, baret di kepala, dan kacu merah putih di leher. Sederhana, namun di mata seorang antropolog, pakaian itu menyimpan makna yang dalam — tentang akar, tentang semangat, dan tentang moral yang diwariskan lintas generasi.

Makna Seragam Pramuka dan Pendidikan Karakter di Dalamnya

Coklat tua adalah warna bumi — lambang keteguhan, akar, dan kesetiaan. Ia mengajarkan manusia agar berpijak pada realitas, kuat dalam pendirian, dan setia pada kebenaran. Dalam konteks pendidikan karakter, coklat tua mengingatkan kita agar tetap rendah hati, kokoh, dan berpegang pada prinsip moral dalam menghadapi kehidupan modern yang serba cepat dan cair.

Coklat muda adalah warna tunas kehidupan — simbol semangat muda, kejujuran, dan kemauan untuk tumbuh. Ia mengingatkan kita bahwa setiap generasi baru harus berani menjadi pembelajar, siap menghadapi tantangan tanpa kehilangan nilai luhur bangsanya. Coklat muda adalah simbol pendidikan karakter yang dinamis dan adaptif, membentuk generasi yang tidak takut berubah tetapi tetap tahu arah.

Baret dan topi melambangkan kehormatan, kesadaran diri, dan kewaspadaan. Kacu merah putih adalah jiwa yang diikat di dada: merah berarti keberanian moral untuk menegakkan kebenaran, putih berarti kesucian niat dalam pengabdian. Kacu diikat dekat dengan hati; setiap suara dan tindakan harus berpijak pada niat yang suci untuk kebaikan.

Seragam Pramuka adalah pakaian nilai. Ia bukan sekadar simbol organisasi, melainkan pernyataan moral yang melekat di tubuh dan jiwa. Di sinilah pendidikan karakter bekerja secara diam-diam — lewat warna, bentuk, dan disiplin sederhana yang membentuk pribadi tahan banting, jujur, dan penuh empati.

Dapur, Dabu-Dabu, dan Makna Pengabdian

Ketika saya datang latihan hampir selesai, para peserta kemudian makan bersama diatas daun pisang yang dibentangkan lurus dalam satuan terpisah putera dan puteri. Saya tiba ketika bertepatan dengan kondisi meja makan sudah hampir kosong: tersisa sedikit nasi dalam termos yang mulai kelihatan dasarnya dan sedikit dabu-dabu sagela dalam wadahnya, sambal khas Gorontalo yang pedas namun menggugah. Langkah saya membawa diri ke dapur belakang, di bawah terpal lusuh yang bergoyang lembut diterpa angin.

Di sana, Kak Ulfa, pembina sepuh yang penuh kasih, tengah membereskan panci dan wajan, dibantu beberapa puteri DKC. Keringat menetes di wajah mereka, tapi senyum tidak pernah hilang. Kompor gas di pojok dapur padam — gasnya habis. Namun Kak Ulfa menyapa saya dengan logat lembut:

“Sini makan dulu, biar bolo dabu-dabu sagela mar so gagah skali makan panas-panas pas kampung tenga so kosong…”

Sepiring nasi sisa dan sambal sederhana itu terasa luar biasa. Pedasnya menggigit, tapi hangatnya menelusup jauh ke dada. Di bawah terpal kecil itu, saya belajar kembali bahwa pendidikan karakter tidak selalu lahir dari ruang kelas, tetapi dari tangan-tangan yang bekerja dengan hati.

Dapur adalah ruang kasih. Di sana, cinta tidak banyak diucapkan, tapi selalu dihidangkan. Di dapur Kak Ulfa hari itu, saya menyaksikan pendidikan karakter dalam bentuk paling sejati: kesabaran, keikhlasan, dan gotong royong yang murni.

Kakak dan Adik: Sistem Sosial yang Menumbuhkan Jiwa

Dalam dunia Pramuka, sapaan “Kakak” dan “Adik” bukan sekadar panggilan formal. Ia adalah sistem sosial khas Nusantara — relasi kasih yang mengandung filosofi pendidikan. “Kakak” adalah sosok yang membimbing tanpa merasa tinggi. “Adik” adalah sosok yang belajar tanpa merasa kecil. Di antara keduanya tumbuh hubungan sejajar yang berlandaskan hormat, cinta, dan tanggung jawab.

Melalui sistem sapaan ini, Pramuka menanamkan nilai empati, kepedulian lintas usia, dan kesediaan melayani. Nilai ini harus dijaga di tengah dunia digital yang sering memutus jarak sosial dan empati manusia. Relasi “Kakak” dan “Adik” adalah benteng budaya agar generasi muda tetap tahu cara menghargai, mendengar, dan berbagi.

Rebranding Gerakan Pramuka di Era Baru

Rebranding Gerakan Pramuka bukan mengganti jati diri, tetapi menyegarkan cara menanamkan nilai. Nilai dasar seperti disiplin, tanggung jawab, keberanian, kejujuran, cinta alam, dan persaudaraan tetap menjadi inti. Namun cara menumbuhkannya harus menyesuaikan zaman.

Pramuka abad ke-21 harus mengintegrasikan:

Cerdas Digital — kemampuan menggunakan teknologi dengan bijak, beretika, dan produktif; literasi digital sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Berjiwa Ekologis — tindakan konkret merawat alam: program konservasi, bank sampah, penanaman mangrove, dan kampanye kelestarian lokal.

Empatik dan Kolaboratif — proyek lintas komunitas, sukarelawan sosial, dan dialog antarbudaya yang menumbuhkan kepedulian.

Kreatif dan Inspiratif — wadah kreasi, inkubasi gagasan sosial, dan kompetisi ide untuk mempraktikkan nilai inovasi.

Rebranding berarti mengemas tradisi dalam bahasa visual dan aktivitas yang relevan: modul digital, storytelling video, kampanye sosial bermakna, dan kerja sama lintas sektor. Ini adalah era di mana Pramuka tidak hanya menyalakan api unggun, tetapi juga menyalakan harapan di dunia nyata dan digital.

Pesan Seorang Ketua Kwarcab kepada Adik-Adiknya

Adik-adikku, Penegak dan Pandega se-Kota Gorontalo, dunia bergerak cepat, tapi jangan biarkan hati kalian ikut tergesa. Kuatkan akar, tegakkan kepala, dan jalanilah hidup dengan niat baik. Gunakan teknologi untuk menolong, bukan menyesatkan. Gunakan ilmu untuk mengangkat, bukan merendahkan. Jadilah api kecil yang menerangi — bukan cahaya yang menyilaukan.
Selalu ingat: pengabdian kecil yang tulus sering menyimpan kekuatan besar bagi kemanusiaan.

Catatan Antropolog: Rebranding Nilai Lama dalam Wajah Baru

Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan karakter yang telah melewati zaman. Namun kini ia perlu menata ulang bahasanya agar dipahami generasi baru. Rebranding bukan menghapus masa lalu, tetapi menghidupkan kembali semangat lama dalam bentuk yang dirasakan anak muda hari ini. Nilai-nilai luhur harus menjadi pengalaman hidup nyata, bukan sekadar jargon.

Segalanya bermula dari hal kecil — senyum di dapur, panggilan Kakak dan Adik, dan sepiring dabu-dabu yang disajikan dengan cinta. Pendidikan karakter diwariskan dari generasi yang memberi kepada generasi yang menerima dengan hati.

Penutup

Selama masih ada Kak Ulfa di dapur, DKC puteri yang bekerja tanpa pamrih, dan anak-anak Saka yang menjaga nilai, api Gerakan Pramuka di Gorontalo tidak akan padam. Ia akan terus menyala — pedas seperti dabu-dabu, hangat seperti persaudaraan, dan segar seperti semangat yang tidak pernah mati.

Seragam Pramuka bukan hanya pakaian, melainkan pakaian nilai — yang membungkus moral, keteguhan, dan cinta tanah air.

Rebranding Gerakan Pramuka bukan mengganti jati diri, tetapi menyegarkan cara menanamkan nilai.

Dabu-dabu Kak Ulfa bukan sekadar sambal, tapi bumbu kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button